Beranda | Artikel
Seri Mengenal Islam [4]
Senin, 16 September 2019

Bismillah.

Diantara keindahan ajaran Islam adalah ia membimbing manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebahagiaan yang hakiki adalah kelapangan dada dan tenangnya hati. Kebahagiaan yang muncul dari pengagungan kepada Allah.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Malik bin Dinar rahimahullah, “Telah keluar para pemuja dunia dalam keadaan belum merasakan sesuatu yang paling baik di dunia.” Orang-orang bertanya, “Apakah itu yang paling baik di dunia, wahai Abu Yahya?”. Beliau menjawab, “Yaitu mengenal Allah ‘azza wa jalla.” Oleh sebab itu setiap muslim wajib untuk mengenal Allah dan mengagungkan-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika pertama kali berdakwah di Mekah selama 10 tahun lebih senantiasa memprioritaskan perkata tauhid dan aqidah. Inti dari tauhid dan aqidah adalah bagaiamana seorang hamba mengenal Allah dan meyakini tentang pokok-pokok agamanya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya. Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Dan Aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang dari Rasulullah sebagaimana yang dikehendaki oleh Rasulullah.”

Demikianlah, para rasul menyeru umatnya untuk mentauhidkan Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut/sesembahan selain Allah.” (an-Nahl : 36). Allah juga menceritakan (yang artinya), “Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu -Muhammad- seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku saja.” (al-Anbiya’ : 25). Hal ini menunjukkan kepada betapa besar perhatian para nabi terhadap dakwah tauhid dan pengokohan aqidah sebelum perkara-perkara yang lainnya.

Mengapa demikian? Sebabnya adalah bahwa kelurusan tauhid dan kemurnian aqidah menjadi pondasi pembentukan pribadi dan masyarakat beriman. Sebagaimana bangunan tidak bisa tegak dan kokoh tanpa pondasi, maka demikian pula iman tidak bisa lurus tanpa tauhid. Allah berfirman (yang artinya), “Dan seandainya mereka berbuat syirik niscaya akan lenyap semua amal yang telah mereka lakukan.” (al-An’am : 88). Semakin hamba mengenal Allah dengan kesempurnaan nama dan sifat-Nya dan menujukan ibadah kepada-Nya niscaya akan semakin kuat rasa takutnya kepada Allah. Sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama, “Barangsiapa yang lebih mengenal Allah niscaya lebih kuat pula rasa takutnya kepada Allah.”

Ilmu tentang Allah itu mencakup keyakinan bahwa Allah satu-satunya pencipta dan pemelihara serta pengatur alam semesta. Keyakinan bahwa tidak ada yang berhak disembah selain-Nya. Dan ketundukan beribadah kepada Allah semata. Begitu pula dengan meyakini nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang mulia dan sempurna. Inilah tujuan diciptakannya alam semesta. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)

Mengenal Allah merupakan bentuk pemahaman yang terbesar dalam agama Islam dan tanda kebaikan seorang insan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah pahamkan dia dalam urusan agama.” (HR. Bukhari dan Muslim). Pemahaman tentang tauhid akan mengantarkan manusia kepada penghambaan kepada Allah dengan sepenuhnya. Adapun kebodohan tentang tauhid merupakan sebab kehinaan dan sebab manusia terlempar ke dalam perbudakan kepada hawa nafsu dan setan.

Mudah-mudahan sedikit catatan ini bermanfaat bagi kita dalam membangun pemahaman agama dari dasarnya. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/seri-mengenal-islam-4/